Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam memberikan panduan yang mencakup segala aspek kehidupan manusia, termasuk pertanian. Prinsip-prinsip bertani yang terkandung dalam Al-Quran mengajarkan nilai-nilai etika, tanggung jawab sosial, dan hubungan manusia dengan alam. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi beberapa prinsip bertani yang diajarkan oleh Al-Quran.
1. Tanggung Jawab sebagai Khalifah di Bumi
Al-Quran mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah (pengurus) di bumi, yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pemeliharaan alam. Prinsip ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menghindari kerusakan lingkungan dalam kegiatan pertanian. Manusia diberi tanggung jawab untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana dan berkelanjutan.
Surat Al-A’raf (7:31): “Hai Bani Adam, pakailah pakaianmu yang indah di tiap-tiap masjid, dan makan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
2. Bersyukur atas Nikmat Allah
Prinsip ini mengajarkan pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat Allah, termasuk hasil pertanian. Bertani dengan penuh syukur adalah cara untuk menghormati dan mengakui karunia Allah atas rezeki yang diberikan.
Surat Ibrahim (14:7): “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'”
3. Kerja Keras dan Kesabaran
Prinsip ini menekankan pentingnya kerja keras dan kesabaran dalam usaha pertanian. Bertani memerlukan usaha dan dedikasi yang gigih, serta kesabaran dalam menunggu hasil yang baik.
Surat Al-Baqarah (2:261): “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dan pada tiap-tiap bulir (ada) seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.”
4. Berbagi Hasil dengan Sesama
Prinsip berbagi hasil pertanian dengan sesama mengajarkan pentingnya berkontribusi dalam mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Berbagi rezeki dengan yang membutuhkan merupakan bentuk solidaritas dan kasih sayang.
Surat Al-Baqarah (2:267): “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebahagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkannya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.”
5. Keadilan dalam Pemilikan Tanah dan Hasil Pertanian
Prinsip keadilan dalam pemilikan tanah dan hasil pertanian mengajarkan pentingnya memperlakukan semua pihak dengan adil, baik dalam pemilikan, pembagian, maupun akses terhadap hasil pertanian.
Surat Al-An’am (6:141): “Dan Dia (Allah) menjadikan kamu pemilik tanah dan tempat tinggal di atasnya. Maka jelaskanlah bagaimana kamu akan diperiksa (akan perbuatanmu).”
6. Ketergantungan pada Allah
Prinsip ini mengingatkan bahwa kesuksesan dalam bertani tidak hanya bergantung pada usaha manusia, tetapi juga pada kehendak Allah. Ketergantungan pada Allah mengajarkan manusia untuk merendahkan diri dan berserah diri dalam setiap usaha.
Surat Al-Baqarah (2:205): “Dan jika kamu memerangi manusia yang diberi Al-Kitab, pasti mereka akan mengembalikan kamu kepada (agama) kamu sesudah kamu beriman.”
Kesimpulan
Al-Quran mengajarkan prinsip-prinsip bertani yang mencakup tanggung jawab khalifah, bersyukur, kerja keras, berbagi hasil, keadilan, dan ketergantungan pada Allah. Prinsip-prinsip ini membimbing umat manusia dalam beraktivitas pertanian dengan cara yang etis, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta masyarakat luas. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, umat Muslim dapat mencapai keberkahan dalam usaha pertanian mereka dan menjaga harmoni dengan alam serta sesama.